Teori Produksi

Dosen Muda

Teori Produksi

Teori Produksi yang paling populer adalah “Hukum Tambahan Hasil yang Semakin Berkurang” atau Law of Diminishing Return.

Dalam melakukan kegiatan produksi, diperlukan aneka faktor produksi yang dapat menunjang berlangsungnya kegiatan produksi tersebut.

Nah, secara umum faktor yang diperlukan adalah produksi alam, tenaga kerja, modal dan skill atau pengalaman sehari-hari.

Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan mengenai teori produksi yang ada dalam suatu kegiatan ekonomi di Indonesia.

Di mulai dari pengertian teori produksi, fungsi teori produksi, pembagian teori produksi dan tabel teori produksi secara lengkap dan jelas.

Teori Produksi

Teori Produksi

Teori produksi dikemukakan oleh David Ricardo yang tertulis di dalam bukunya yang berjudul “Principle of Political Economic and Taxation”. 

Di dalam “Hukum Tambahan Hasil yang Semakin Berkurang” tersebut, dijelaskan tentang sifat pokok dari hubungan antara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut.

Teori produksi “Hukum Tambahan Hasil yang Semakin Berkurang” menyatakan bahwa:

Apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya. Akan tetapi, sesudah mencapai suatu tingkat tertentu, maka produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif.

Dalam teori produksinya ini, David Ricardo menyatakan bahwa ketika kita menambah terus-menerus salah satu unit input dalam jumlah yang sama.

Sementara, input yang lain tetap maka mula-mula akan terjadi tambahan output yang lebih dari proporsional (increasing returns). 

Akan tetapi, di titik tertentu, hasil yang kita peroleh justru akan semakin berkurang (diminishing returns).

Contoh, di dalam surat perluasan produksi pertanian, dapat dilakukan dengan menambah faktor produksi tenaga kerja untuk menggarap sebidang tanah. Dengan begitu, hasil yang diperoleh akan meningkat.

Peningkatan hasil ini, akan berjalan terus hingga mencapai kombinasi faktor-faktor produksi yang paling tepat, yakni pada waktu diperoleh tambahan hasil yang tertinggi.

Jika hal ini sudah tercapai, maka penambahan tenaga kerja selanjutnya, justru akan mengakibatkan penambahan hasilnya jadi semakin menurun atau bahkan tidak memberikan hasil sama sekali dan akhirnya negatif.

Ada 3 aspek dalam proses produksi, diantaranya adalah:

  • Kuantitas barang atau jasa di hasilkan.
  • Bentuk barang atau jasa diciptakan.
  • Distribusi temporal dan spesial dari barang atau jasa yang dihasilkan.

Proses produksi dapat di definisikan sebagai kegiatan yang meningkatkan kesamaan antara pola permintaan barang atau jasa dan kuantitas, bentuk ukuran, panjang dan distribusi barang atau jasa tersedia bagi pasar.

Tabel Teori Produksi dengan Penambahan Satu Faktor

Input 1Input 2OutputHasil Lebih
(tanah)(tenaga kerja)(total produk)(marginal produk)
Tetap000
Tetap166
Tetap2148
Tetap32410
Tetap43612
Tetap5459
Tetap6505
Tetap7533
Tetap8530
Tetap9485

Dari angka-angka yang ditunjukkan pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah output (total product) memang mengalami pertambahan sebagai akibat dari bertambahnya jumlah tenaga kerja.

Akan tetapi, hasil lebihnya (marginal product) tidak selalu sebanding. Berlakunya the law of dimisnishing returns ini perlu dipahami dengan beberapa asumsi, yakni:

  • Salah satu faktor produksi, misalnya tanah pada pertanian atau mesin pada industri, harus tetap sehingga perbandingannya saja yang mengalami perubahan.
  • Teknik produksi yang ditetapkan dalam surat proses produksi tetap. Apabila tingkat teknik yang diterapkan lebih canggih, maka dapat mempertinggi produktivitas setiap tenaga kerja, dan artinya hukum tersebut tidak berlaku.
  • Daya kerja (productivity) faktor produksi yang diubah, harus sebanding (sama). Jika faktor produksi yang diubah adalah jumlah tenaga kerjanya, maka tingkat pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja tersebut harus sama dengan pekerjaan yang dimaksudkan.

Fungsi Produksi

Fungsi Produksi

Antara faktor produksi (input) dan hasil produksi (output) ini terdapat hubungan teknik yang disebut sebagai fungsi produksi.

Fungsi produksi adalah sebuah rumusan yang menunjukkan jumlah barang produksi yang tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan.

Dengan kata lain, fungsi produksi ini menunjukkan adanya hubungan di antara input dan output yang dapat dihasilkan dari kombinasi input tersebut.

Dari pengertian ini, dapat diperoleh rumus faktor produksi. Rumus faktor produksi tersebut yakni:

Q = f (R, L, C, T)

Keterangan:

Q = Quantity / jumlah barang yang dihasilkan

f = function / simbol persamaan

R = Resources / kekayaan alam

L = Labour / tenaga kerja

C = Capital / modal

T = Technology / teknologi

Rumus di atas dapat diterjemahkan dalam sebuah contoh produksi tas. Proses produksi tas bisa dilakukan dengan berbagai cara, tapi masih dengan kombinasi input yang sama.

Apabila kombinasi input diubah, maka secara otomatis hasil yang diperoleh juga akan berubah.

Berbeda bila kombinasi input-nya yang diubah dan diganti dengan kombinasi input yang lain. Jika demikian, outputnya bisa tetap sama. Misalnya, penambahan tenaga kerja dan penurunan mesin atau hal lain.

Agar lebih jelas, bisa dilihat dalam tabel kombinasi input berikut ini. Berikut adalah tabel untuk menghasilkan 100 unit tas.

KombinasiOutputMesinTenaga Kerja
A10063
B100104
C10046
D100310

Dari persamaan fungsi produksi di atas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya, besar atau kecilnya tingkat produksi suatu barang tergantung dari jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam, serta teknologi yang digunakan.

Untuk jumlah produksi yang berbeda, membutuhkan faktor produksi yang berbeda juga. Namun, ada juga jumlah produksi yang tidak sama yang dihasilkan oleh faktor produksi yang dianggap tetap.

Faktor tetap itu adalah mesin, peralatan, serta bangunan perusahaan. Sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan adalah tenaga kerja.

Untuk menentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis, diperlukan perbandingan berbagai gabungan dari faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu.

Baca juga materi ekonomi kelas 10 lainnya:
1. Ilmu Ekonomi
2. Kegiatan Ekonomi
3. Permintaan dan Penawaran
4. Sistem Pembayaran
5. Bank Sentral
6. Manajemen

Pembagian Produksi

Pembagian Produksi

Produksi di bagi menjadi beberapa kategori yaitu sebagai berikut:

1. Bidang Ekstraktif

Bidang ekstraktif adalah semua usaha yang dilakukan dengan cara mengambil hasil alam secara langsung.

Contoh: Pertambangan dan Perikanan.

2. Bidang Agraris

Bidang agraris adalah setiap usaha dengan mengolah alam agar memperoleh hasil yang dibutuhkan.

Contoh: Pertanian dan Perkebunan.

3. Bidang Industri

Bidang industri setiap usaha dilakukan dengan cara mengolah bahan mentah sampai menjadi barang jadi.

Contoh: Industri Tekstil dan Industri Makanan

4. Bidang Perdagangan

Bidang perdagangan adalah setiap usaha yang dilakukan dengan cara membeli dan menjual kembali tanpa merubah bentuk barang yang dijual tersebut.

Contoh: Industri Ritel.

5. Bidang Jasa

Bidang jasa adalah setiap usaha yang dilakukan dengan cara memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat.

Contoh: Asuransi, Perbankan, Pengangkutan.

Demikian mengenai teori produksi dan penjelasannya. Semoga bermanfaat dalam mempelajari salah satu ilmu ekonomi tersebut.

Apabila ada kesalahan penulisan dari kami dosenmuda.id mohon kritik dan sarannya. Terimakasih telah berkunjung!

Originally posted 2021-12-21 07:50:03.

Baca Juga

Bagikan:

Dosen Muda

Hamba Allah yang ingin menjadi orang bermanfaat bagi sesama manusia. Suka travelling dan wisata kuliner.

Tags

Leave a Comment